cover | topik.id |
Pakar bahasa di Oxford Languages menyusun daftar pendek enam kata yang dianggap mencerminkan tren budaya dan bahasa tahun lalu. Setelah pemungutan suara publik yang berlangsung selama dua minggu, 'brain rot' dipilih sebagai pemenang karena relevansinya dengan isu-isu utama masyarakat modern.
'Brain rot' didefinisikan sebagai kemunduran mental atau intelektual akibat konsumsi konten daring yang tidak menantang. Konten seperti ini, meskipun menghibur, dianggap berdampak buruk pada kesehatan mental, terutama di kalangan generasi muda yang menghabiskan banyak waktu di dunia maya.
"Setelah pemungutan suara publik yang melibatkan lebih dari 37.000 orang, dengan gembira kami umumkan bahwa Kata Oxford Tahun Ini untuk tahun 2024 adalah 'brain rot'. Pakar bahasa kami membuat daftar pendek berisi enam kata untuk mencerminkan suasana hati dan percakapan yang telah membantu membentuk tahun lalu. Setelah dua minggu pemungutan suara publik dan percakapan yang meluas, para pakar kami berkumpul untuk mempertimbangkan masukan publik, hasil pemungutan suara, dan data bahasa kami, sebelum menyatakan 'brain rot' sebagai Kata Tahun Ini yang definitif untuk tahun 2024," keterangan laporan di laman pers Universitas Oxford, dikutip Rabu (1/1/2025).
Penggunaan istilah ini melonjak 230% antara tahun 2023 dan 2024. Awalnya populer di platform seperti TikTok, istilah ini kemudian merambah ke jurnalisme arus utama, mencerminkan perhatian masyarakat terhadap dampak konsumsi konten digital yang berlebihan. Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1854 dalam buku Walden karya Henry David Thoreau. Dalam karyanya, Thoreau mengkritik kecenderungan masyarakat untuk mengabaikan ide-ide kompleks demi hal-hal yang sederhana, yang ia anggap sebagai indikasi kemunduran intelektual.
Di era digital, 'brain rot' memiliki makna baru yang lebih spesifik, menggambarkan pengaruh konten daring berkualitas rendah atau 'receh' terhadap mentalitas individu. Istilah ini digunakan baik secara serius maupun dalam konteks humor oleh komunitas daring. Fenomena seperti video viral Skibidi Toilet dan meme 'hanya di Ohio' menjadi simbol dari jenis konten yang sering dikaitkan dengan 'brain rot'. Konten semacam ini, meskipun menghibur, dianggap kurang memiliki nilai intelektual.
@oxford |
Konten viral menciptakan istilah-istilah baru seperti 'skibidi' untuk hal-hal tidak masuk akal dan 'Ohio' untuk sesuatu yang memalukan. Bahasa ini menunjukkan bagaimana budaya daring membentuk ekspresi sehari-hari yang akhirnya merambah dunia nyata.
Generasi Z dan Gen Alpha, sebagai konsumen utama konten daring, menjadi kelompok yang paling terdampak oleh 'brain rot'. Mereka juga yang paling sering menggunakan istilah ini, mencerminkan kesadaran diri mereka terhadap fenomena tersebut.
Peningkatan konsumsi konten berkualitas rendah telah memunculkan kekhawatiran tentang dampaknya pada kesehatan mental, terutama pada anak-anak dan remaja. Lembaga kesehatan mental bahkan mulai memberikan panduan untuk menghindari 'brain rot'.
Casper Grathwohl, Presiden Oxford Languages, menyatakan bahwa 'brain rot' mencerminkan perhatian masyarakat terhadap bahaya kehidupan virtual dan pengaruhnya terhadap cara manusia menggunakan waktu luang mereka. Kata pemenang tahun lalu, 'rizz', juga menunjukkan pengaruh budaya daring terhadap bahasa. 'Brain rot' melanjutkan tren ini dengan menyoroti sisi gelap dari kehidupan virtual yang semakin mendominasi.
"Sungguh mencerahkan dan sangat mengharukan melihat para pencinta bahasa di seluruh dunia berpartisipasi dan membantu kami memilih Kata Oxford Tahun Ini 2024. Jika kita melihat kembali Kata Terbaik Tahun Ini dari Oxford selama dua dekade terakhir, kita dapat melihat semakin besarnya perhatian masyarakat terhadap evolusi kehidupan virtual kita, cara budaya internet merasuki begitu banyak jati diri kita dan apa yang kita bicarakan. Kata pemenang tahun lalu, 'rizz', adalah contoh menarik tentang bagaimana bahasa semakin terbentuk, dibentuk, dan dibagikan dalam komunitas daring," jelasnya.
Generasi muda menggunakan istilah 'brain rot' dengan cara yang lucu serta kesadaran mereka terhadap dampak buruk media sosial sekaligus menerima keadaan tersebut sebagai bagian dari kehidupan modern. Fenomena 'brain rot' bukan hanya masalah generasi muda, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Konsumsi konten yang tidak bermakna menjadi cerminan dari prioritas budaya global yang perlu diperbaiki.
"Brain rot' berbicara tentang salah satu bahaya yang dirasakan dalam kehidupan virtual, dan bagaimana kita menggunakan waktu luang kita. Rasanya seperti babak baru yang tepat dalam percakapan budaya tentang kemanusiaan dan teknologi. Tidak mengherankan bahwa begitu banyak pemilih menerima istilah tersebut, mendukungnya sebagai pilihan kita tahun ini," jelasnya.
Pemilihan 'brain rot' sebagai Kata Oxford Tahun Ini bukan sekadar pengakuan terhadap tren bahasa, tetapi panggilan untuk refleksi mendalam. Di tengah dominasi dunia digital, masyarakat perlu mencari keseimbangan antara hiburan dan pengembangan intelektual.
"Saya merasa sangat menarik bahwa istilah 'brain rot' telah diadopsi oleh Gen Z dan Gen Alpha, komunitas yang sebagian besar bertanggung jawab atas penggunaan dan pembuatan konten digital yang dimaksud dalam istilah tersebut. Komunitas-komunitas ini telah memperkuat ekspresi tersebut melalui saluran media sosial, tempat yang disebut-sebut sebagai penyebab 'brain rot'. Hal ini menunjukkan kesadaran diri yang agak kurang ajar pada generasi muda tentang dampak buruk media sosial yang mereka warisi," tegasnya.