2 WNI korban penipuan online tiba di Tanah Air | @kemlu |
Kedua korban, AN dan JAP, tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 17 Januari 2025 pukul 23.35 WIB. Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Abdul Kadir Karding menjemput kedua WNI tersebut di Bandara.
AN dan JAP awalnya dijanjikan pekerjaan melalui media sosial di Mae Sot, Thailand, namun kemudian dipindahkan ke Myanmar. Mereka mengaku dipaksa bekerja sebagai scammer online di bawah tekanan fisik dan mental.
"AN sendiri mengalami permasalahan kesehatan sehingga dilepaskan oleh perusahaannya, sedangkan JAP berhasil melarikan diri dari Myawaddy, Myanmar dan menyeberang ke Thailand, dimana mereka menjalani proses asesmen melalui mekanisme nasional Thailand bagi penanganan korban TPPO," ungkap Menteri Pelindungan PMI, Abdul Kadir Karding dalam keterangan persnya, diterima Minggu (19/1/2025).
KBRI Bangkok berkoordinasi dengan otoritas Thailand untuk penanganan keimigrasian AN dan JAP, memfasilitasi repatriasi kedua korban, termasuk bantuan kebutuhan pokok, dan tiket kepulangan.
Hingga kini, Kemlu dan KBRI Yangon masih mengupayakan pemulangan 201 WNI lainnya yang masih berada di wilayah konflik bersenjata tersebut.
"Keduanya kemudian diserahkan Kemlu kepada KP2MI dan penanganan selanjutnya oleh Kemsos untuk proses rehabilitasi dan reintegrasi sesuai prosedur yang berlaku," jelasnya.
Viral video korban penipuan online di Myanmar disekap.
@tiktok |
Terpisah, sebelumnya sebuah video viral di media sosial memperlihatkan empat Warga Negara Indonesia (WNI) yang meminta tolong kepada Presiden Prabowo Subianto.
Mereka mengaku menjadi korban penipuan online dan saat ini disekap serta disiksa di Myanmar. Dalam video berdurasi 53 detik yang pertama kali diunggah oleh akun TikTok @panglimaaryaduta, para WNI tersebut memohon pertolongan dengan penuh harap.
Salah satu korban dalam video tersebut diketahui berasal dari Kabupaten Indramayu, bernama Robiin. Ia bersama tiga rekannya, yang berasal dari Kalimantan, Bekasi, dan Semarang, mengaku telah mengalami penyiksaan selama hampir dua tahun.
Dalam rekaman itu, mereka menyebutkan bahwa mereka tidak hanya disekap tetapi juga mengalami kekerasan fisik seperti penyetruman.
Dalam video yang menyentuh hati tersebut, Robiin dan teman-temannya terus-menerus meminta bantuan. "Kepada Bapak Prabowo, presiden baru kami, tolong kami Pak di Myanmar. Kami disekap, Pak," ujar Robiin dengan suara penuh ketakutan.
Mereka tampak sangat putus asa dan berharap pesan mereka dapat sampai kepada pemerintah Indonesia agar segera diselamatkan. Selain menyampaikan permohonan kepada Presiden Prabowo, para korban juga meminta perhatian dari pimpinan DPR RI agar membantu proses pemulangan mereka ke Indonesia.
"Tolong Pak, kami sudah tidak kuat di sini Pak," kata salah satu korban lainnya dengan nada putus asa.
Keempatnya berharap ada langkah cepat dari pemerintah untuk menyelamatkan mereka dari kondisi yang mereka alami di Myanmar.
Kasus penipuan tenaga kerja yang mengarah pada penyekapan dan penyiksaan seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Beberapa tahun terakhir, banyak laporan mengenai WNI yang terjebak dalam praktik kerja paksa di luar negeri, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Myanmar menjadi salah satu negara yang kerap dikaitkan dengan jaringan penipuan daring yang merekrut pekerja dengan iming-iming gaji tinggi, tetapi justru menjerumuskan mereka ke dalam kondisi kerja yang tidak manusiawi.