Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria | foto: @kominfo |
Menyadari urgensi ini, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menegaskan pentingnya keamanan siber dalam sektor digital, termasuk dalam pengembangan dan penggunaan artificial intelligence (AI) atau Generative AI (Gen AI).
Wamenkominfo Nezar Patria juga menyatakan dengan meningkatnya adopsi teknologi digital, risiko keamanan siber juga ikut bertambah. Oleh karena itu, mantan wartawan yang menjabat Wamenkominfo itu mengajak semua pihak untuk meningkatkan keamanan siber di semua sektor digital.
"Penting bagi kita semua untuk terus meningkatkan keamanan siber di tengah agenda transformasi digital yang terus berkembang," tegasnya saat memberikan Executive Keynote dalam Fortinet Accelerate Asia 2024 di Fairmont, Jakarta Pusat, Kamis (30/5/2024).
Menurut Wamenkominfo, peningkatan keamanan siber dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menutup celah keamanan pada postur keamanan siber di lingkungan yang terkoneksi jaringan digital dan selalu up-to-date dengan kemajuan teknologi.
"Termasuk Generative AI untuk meningkatkan keamanan dan ketahanan operasional serta terus meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mencegah serangan siber," tandasnya.
Merujuk hasil Survei Allianz Commercial Tahun 2023, Wamen Nezar Patria mencatat risiko keamanan siber global meningkat dari 40% di Tahun 2019 menjadi lebih dari 77% pada Tahun 2023. Sementara, sesuai data Google M-Trends Tahun 2024, sektor keuangan menjadi salah satu sektor yang rentan dari serangan siber.
“Dalam lanskap nasional, ekosistem keamanan siber kita masih perlu diperkuat. Di tahun 2023, Indonesia menempati peringkat 48 dari 176 negara pada indeks keamanan siber dengan nilai 63,64 dari 100. Di Asia Tenggara, Indonesia pun baru menduduki peringkat 5 dari 10 negara,” ungkapnya.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat Indonesia sebagai sumber dan tujuan utama anomali keamanan siber.
Menurut Wamenkominfo, anomali tersebut berdampak pada penurunan performa perangkat dan jaringan dan berpotensi menimbulkan pencurian data hingga penurunan reputasi dan kepercayaan terhadap suatu organisasi.
"BSSN juga mendeteksi 103 dugaan kebocoran data selama 2023, dengan puncaknya 20 kasus pada bulan Maret dan 15 kasus pada bulan Desember," tutupnya.