cover: topik.id |
Dalam laporan terbarunya, Google menyebutkan telah menghentikan 6.318 saluran YouTube yang menjadi bagian dari jaringan pengaruh tersebut. Saluran-saluran ini mengunggah konten dalam bahasa Mandarin dan Inggris yang berfokus pada hubungan luar negeri Tiongkok dan Amerika Serikat.
Selain akun-akun tersebut, Google juga memblokir 28 saluran YouTube dan dua akun AdSense lainnya yang terlibat dalam kampanye pengaruh yang terkoordinasi. Kampanye ini mengunggah konten dalam bahasa Prancis yang mendukung RRT dan Rusia, dengan fokus khusus pada memengaruhi opini masyarakat di Ghana.
"Google menghentikan 28 saluran YouTube dan 2 akun AdSense sebagai bagian dari investigasi kami terhadap operasi pengaruh terkoordinasi yang terkait dengan Ghana. Kampanye tersebut membagikan konten dalam bahasa Prancis yang mendukung Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Rusia," ungkap Google di laman resminya, dikutip Rabu (18/12/2024).
Tidak hanya terbatas pada YouTube, Google juga melibatkan platform lain dalam penindakannya. Sebanyak 206 domain telah diblokir dari akses ke Google News dan Discover karena diduga terlibat dalam operasi pengaruh yang terkait dengan perusahaan teknologi dan pemasaran yang mendukung RRT.
Konten yang diunggah melalui kampanye ini mencakup berbagai topik, termasuk pemilihan umum Taiwan 2024 dan kritik terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Dengan demikian, operasi ini diduga bertujuan untuk membangun narasi yang menguntungkan Tiongkok.
Investigasi ini menunjukkan bagaimana entitas yang terorganisasi dapat memanfaatkan platform digital untuk memengaruhi opini publik secara global. Google menemukan bahwa kampanye tersebut menggunakan jaringan yang sangat terstruktur untuk menyebarkan narasi tertentu, yang membuat mereka sulit dideteksi tanpa pemeriksaan mendalam.
"Google memblokir 206 domain agar tidak memenuhi syarat untuk ditampilkan di Google News dan Discover sebagai bagian dari investigasi kami terhadap operasi pengaruh yang terkoordinasi. Kampanye tersebut dikaitkan dengan perusahaan teknologi dan pemasaran dan membagikan konten tentang berbagai topik yang mendukung Republik Rakyat Tiongkok (RRT), termasuk konten tentang pemilihan umum Taiwan tahun 2024 dan konten yang mengkritik kebijakan luar negeri AS," jelasnya.
Langkah Google ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi integritas platformnya, tetapi juga untuk mencegah dampak negatif dari manipulasi informasi terhadap masyarakat global. Operasi pengaruh semacam ini berpotensi memicu polarisasi, menyebarkan misinformasi, dan melemahkan kepercayaan publik terhadap media.
Dalam pernyataannya, Google menekankan pentingnya kolaborasi lintas industri dan pemerintah untuk melawan operasi pengaruh yang terkoordinasi ini. Tanpa upaya bersama, jaringan manipulatif semacam ini akan terus berkembang dan menjadi ancaman yang lebih serius di masa depan.
Langkah tegas yang diambil Google sejalan dengan komitmennya terhadap transparansi dan kepercayaan publik. Investigasi ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengidentifikasi dan memutus jaringan-jaringan yang mencoba menyalahgunakan platform digital untuk keuntungan politik atau ideologis tertentu.
"Google menghentikan 6.318 saluran YouTube sebagai bagian dari investigasi berkelanjutan kami terhadap operasi pengaruh terkoordinasi yang terkait dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Jaringan tidak autentik terkoordinasi tersebut mengunggah konten dalam bahasa Mandarin dan Inggris tentang hubungan luar negeri Tiongkok dan AS. Temuan ini konsisten dengan laporan kami sebelumnya," terang Google.